16 . Tema :
Perencanaan
Judul : Perencanaan
Agregat
·
Pengertian Perencanaan Agregat
Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai
Penjadwalan Agregat adalah Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan olehpara
manajer operasi untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka
menengah (biasanya antara 3 hingga 18 bulan ke depan). Perencanaan agregat
dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang
diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat
persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, danvariabel lain yang dapat
dikendalikan.
Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan
dankuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan
permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam
rencana jangka menengah.
Tujuan Perencanaan
Agregat
Pada dasarnya tujuan dari perencanaan agregat adalah berusaha
untuk memperoleh suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan pada
periode perencanaan. Namun bagaimanapun juga, terdapat permasalahan strategis
lain yang mungkin lebih penting daripada biaya rendah. Permasalahan strategis
yang dimaksud itu antara lain mengurangi permasalahan tingkat ketenagakerjaan,
menekan tingkat persediaan, atau memenuhi tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Bagi perusahaan manufaktur, jadwal agregat bertujuan menghubungkan sasaran
strategis perusahaan dengan rencana produksi, tetapi untuk perusahaan jasa,
penjadwalan agregat bertujuan menghubungkan sasaran dengan jadwal pekerja.Ada
empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat antara lain:
· Keseluruhan unit yang logis
untuk mengukur penjualan dan output
· Prediksi permintaan untuk suatu
periode perencanaan jangka menengah yang layak pada waktu agregat.
· Metode untuk menentukan biaya
· Model yang mengombinasikan
prediksi dan biaya sehingga keputusan penjadwalan dapat dibuat untuk periode
perencanaan
Sifat
Perencanaan Agregat
Perencanaan agregat menurut istilah agregat berarti
mengombinasikan sumber daya yang sesuai ke dalam jangka waktu keseluruhan.
Dengan prediksi permintaan, kapasitas fasilitas, tingkat persediaan, ukuran
tenaga kerja, dan input yang saling berhubungan, perencana harus memilih
tingkat output untuk sebuah fasilitas selama 3 hingga 18 bulan yang akan
datang. Dalam perencanaan agregat, rencana produksi tidak menguraikan per
produk tetapi menyangkut berapa banyak produk yang akan dihasilkan tanpa
mempermasalahkan jenis dari produk tersebut. Sebagai contoh pada perusahaan
pembuat mobil, hanya memperhitungkan berapa banyak mobil yang akan dibuat,
tetapi bukan berapa banyak mobil dua pintu atau empat pintu atau berapa banyak
mobil berwarna merah atau biru.
Hubungan Input dan Output Perencanaan Agregat
Gambar di atas memperlihatkan bahwa dalam membuat rencana
agregat untuk produksi, manajer operasi tidak hanya menerima input mengenai
prediksi permintaan dari bagian pemasaran, tetapi harus pulaberhadapan dengan
data keuangan, personel (tenaga kerja), persediaan
kapasitas eksternal (subkontraktor), dan ketersediaan bahan
baku/mentah. Didalam sebuah lingkungan manufaktur, proses untuk menguraikan
rencana agregat secara lebih terinci disebut disagregasi (disagregation).
Disagregasi menghasilkan sebuah jadwal produksi induk (master production
schedule),yang menyediakan input bagi system perencanaan kebutuhan
material(material requirement planning-MRP system). Master production schedule
menangani pembelian atau produksi komponen yang diperlukan untuk membuat produk
akhir. Jadwal kerja yang terinci bagi orang-orang dan prioritas penjadwalan bagi
produk menghasilkan tahap akhir system perencanaan produksi.
Biaya
yang Terlibat Dalam Perencanaan Agregat
Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat antara lain
:
· Hiring Cost (biaya penambahan
tenaga kerja)
Penambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuk iklan,
proses seleksi dan training. Biaya training merupakan biaya yang besar apabila
tenaga kerja yang direkrut adalah tenaga kerja yang belum berpengalaman.
· Firing Cost (Biaya
pemberhentian tenaga kerja)
Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin
rendahnya permintaan akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi
menurun dengan drastic. Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus
mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di-PHK, menurunnya moral kerja
dan produktivitas karyawan yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat
social. Semua akibat ini dianggap sebagai biaya pemberhentian tenaga kerja yang
akan ditanggungperusahaan.
· Overtime Cost dan Undertime
Cost (biaya lembur dan biaya menganggur)
Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output
produksi, tetapi konsekwensinya perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan
lembur yang biasanya 150% dari biaya kerja regular.Disamping biaya tersebut,
adanya lembur akan memperbesar tingkat absen karyawan karena capek. Kebalikan
dari kondisi diatas adalah bila perusahaan mempunyai kelebihan tenaga kerja
dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan
produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang-kadang bisa dialokasikan untuk
kegiatan lain yang produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak dapat
dilakukan alokasi yang efektif, maka perusahaan dianggap menanggung biaya
menganggur yang besarnya merupakan perkalian antara jumlah jam kerja yang tidak
terpakai dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.
· Inventory Cost dan Backorder
Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan persediaan)
Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan
permintaan pada saat-saat tertentu. Konsekwensi dari kebijaksanaan persediaan
bagi perusahaan adalah timbulnya biaya penyimpanan(inventory cost/holding cost)
yang berupa biaya tertahannya modal,pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan biaya
sewa gudang. Kebalikan dari kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan
persediaan seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan
kerugian dalam bentuk biaya kehabisan persediaan. biaya kehabisan persediaan
ini dihitung berdasarkan berapa barang diminta yang tidak tersedia. Kondisi ini
pada system MTO(Make to order =Memproduksii berdasarkan pesanan) akan
mengakibatkan jadwal jadwal penterahan order terlambat, sedangkan pada system
MTS (make to stock =Memproduksi untuk memenuhi persediaan) akan mengakibatkan
beralihnya pelanggan pada produk lain. Kekecewaan pelanggan karena tidak
tersedianya barang yang diinginkan akan diperhitungkan sebagai kerugian bagi
perusahaan, dimana kerugian tersebut akan dikelompokkan sebagai biaya kehabisan
persediaan. Biaya kehabisan persediaan ini sama nilainya dengan biaya pemesanan
kembali bila konsumen masih bersedia menunggu.
· Subcontract Cost (biaya
subkontrak)
Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas
regular,biasanya perusahaan mensubkontrakan kelebihan permintaan yang tidak
bisa ditanganinya sendiri kepada perusahaan lain. Konsekuensi dari
kebijaksanaan ini adalah timbulnya biaya subkontrak, dimana biasanya biaya
mensubkontrakan ini lebih mahal dibandingkan memproduksi sendiri dan adanya
resiko terjadinya kelambatan penyerahan dari kontraktor.
Strategi Perencanaan Agregat.
Terdapat delapan pilihan secara
lebih terinci. Lima pilihan pertama disebut pilihan kapasitas (capacity option)
atau disebut strategi perencanaan agregat secara murni (Pure Strategy) sebab
pilihan ini tidak berusaha untuk mengubah permintaan tetapi untuk menyerap
fluktuasi dalam permintaan. Tiga pilihan yang terakhir adalah pilihan
permintaan (demand option) dimana perusahaan berusaha untuk mengurangi
perubahan pola permintaan selama periode perencanaan. Strategi-strategi ini
melibatkan manipulasi persediaan, nilai produksi, tingkat tenaga
kerja,kapasitas, dan variabel lain yang dapat dikendalikan
Pilihan Kapasitas / Pure
Strategy
Sebuah perusahaan dapat memilih pilihan kapasitas
dasar(produksi) berikut:
1. Mengubah tingkat persediaan
Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama periode
permintaan rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa mendatang. Jika
strategi ini dipilih, maka biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan,
asuransi, penanganan, keusangan, pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan
meningkat. (Biaya-biaya ini pada umumnya berkisar 15% hingga 40% dari nilai
sebuah barang setiap tahunnya). Pada sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa
dimana permintaan meningkat, maka kekurangan yang terjadi dapat mengakibatkan
tidak terjadinya penjualan yang disebabkan waktu tunggu yang lebih panjang dan
pelayanan pelanggan yang lebih buruk.
2 . Meragamkan jumlah tenaga kerja
Dilakukan dengan cara mengkaryakan atau
memberhentikan.Salah satu cara untuk memenuhi permintaan adalah dengan
mengkaryakan atau memberhentikan para pekerja produksi untuk menyesuaikan
tingkat produksi. Bagaimanapun, sering karyawan baru memerlukan pelatihan, dan
produktivitas rata-rata menurun untuk sementara karena mereka menjadi terbiasa.
Pemberhentian atau PHK, tentu saja, menurunkan moral semua pekerja dan dapat
mendorong ke arah produktivitas yang lebih rendah.
3. Meragamkan tingkat produksi
melalui lembur atau waktu kosong
Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan dengan
meragamkan waktu kerja, mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah
dan menambah jam kerja pada saat permintaan naik. Sekalipun begitu, ketika
permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan seberapa banyak lembur yang
dapat dilakukan. Upah lembur membutuhkan lebih banyak uang, dan terlalu banyak
lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja secara keseluruhan merosot.
Lembur juga dapat menyiratkan naiknya biaya overhead yang diperlukan untuk
menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan.Pada sisi lain, disaat permintaan
menurun, perusahaan harus mengurangi waktu kosong pekerja-yang biasanya
merupakan proses yang sulit.
4. Subkontrak
Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan
melakukan subkontrak selama periode permintaan tinggi.Bagaimana pun,
subkontrak, memiliki beberapa kekurangan antaralain :
- Mahal
- Membawa resiko dengan membuka
pintu klien bagi pesaing
- Seringkali susah mendapatkan
pemasok subkontrak yang sempurna, yang selalu dapat mengirimkan produk bermutu
tepat waktu.
5. Penggunaan karyawan paruh waktu
Terutama di sector jasa, karyawan paruh waktu dapat mengisi
kebutuhan tenaga kerja tidak terampil. Praktik ini umum dilakukan direstoran,
toko eceran, dan supermarket.
Ø Pilihan Permintaan
Pilihan permintaan dasar adalah sebagai berikut :
6. Mempengaruhi permintaan.
Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba untuk
meningkatkan permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan diskon.
Perusahaan penerbangan dan hotel telah lama menawarkan diskon akhir pekan dan
tarif musim sepi; perusahaan telepon membebankan biaya yang lebih murah pada
malam hari; beberapa perguruan tinggi member diskon bagi warga senior; dan
pendingin udara dijual lebih murah pada waktu musim dingin. Bagaimana pun,
bahkan iklan khusus, promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak selalu mampu
menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas produksi.
7. Tunggakan pesanan selama
periode permintaan tinggi.
Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa yang diterima
perusahaan tetapi tidak mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi
pada saat itu. Jika pelanggan mau menunggu tanpa kehilangan kehendak baik
mereka maupun pesanannya, tunggakan pesanan adalah strategi yang mungkin
dijalankan. Banyak perusahaan menggunakan tunggakan pesanan,tetapi pendekatan
ini sering mengakibatkan hilangnya penjualan.
8. Perpaduan produk dan jasa yang
counterseasonal (dengan musimyang berbeda).Sebuah teknik
pelancar masalah aktif yang secara luas digunakan para pengusaha
manufaktur adalah mengembangkan sebuah produk yang merupakan perpaduan dari
barang counterseasonal. Contohnya adalah perusahaan yang membuat pemanas dan
pendingin ruangan atau mesin pemotong rumput dan penyingkir salju.
Bagaimanapun, perusahaan yang menerapkan pendekatan ini mungkin mendapati diri
mereka terlibat dengan produk atau jasa di luar area keahlian atau target pasar
mereka.
Ø Strategi
Campuran ( mixed Strategy )
Walupun setiap lima pilihan kapasitas dan tiga pilihan
permintaan dapat menghasilkan sebuah jadwal agregat yang efektif, beberapa
kombinasi diantara pilihan kapasitas dan pilihan permintaan mungkinakan lebih
baik
Kebanyakan pengusaha manufaktur berasumsi bahwa penggunaan
pilihan permintaan telah diteliti secara menyeluruh oleh bagian pemasaran dan
pilihan-pilihan yang layak itu digabungkan dengan prediksi permintaan. Manajer
operasi lalu membuat rencana agregat berdasarkan pada prediksi itu.
Bagaimanapun, dengan menggunakan lima pilihan kapasitas dalam otoritasnya,
manager operasi masih memiliki banyak kemungkinan rencana. Rencana ini dapat
terdiri dari :
· strategi perburuan (chase
strategy)
Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai tingkat output
bagi setiap periode yang memenuhi prediksi permintaan untuk periode tersebut.
Strategi ini dapat terpenuhi dengan berbagai jalan. Sebagai contoh, manager
operasi dapat memvariasikan tingkat tenaga kerja dengan merekrut atau
menghentikan karyawan , atau dapat memvariasikan produks idengan waktu lembur,
waktu kosong, karyawan paruh waktu,atau subkontrak.
· strategi penjadwalan bertingkat
(level-scheduling strategy).
Sebuah rencana agregat di mana produksi harian tetap samadari
periode ke periode. Perusahaan seperti Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat
produksi pada tingkatan yang seragam dan mungkin membiarkan persediaan barang
jadi naik atau turun untuk menopang perbedaan permintaan dan produksi atau
menemukan pekerjaan alternatif bagi karyawan. Penjadwalan bertingkat akan
bekerja dengan baik ketika permintaan stabil.
Keuntungan
dan Kerugian Masing-Masing Strategi Perencanaan Agregat
Pilihan
|
Keunggulan
|
Kerugian
|
Beberapa Komentar
|
Mengubah tingkat persediaan
|
Perubahan sumber daya manusia terjadi secara bertahap atau
tidak ada perubahan produksi secara tiba-tiba
|
Biaya penyimpanan persediaan dapat meningkat. Kekurangan
persediaan dapat menyebabkan kehilangan pernjualan
|
Diterapkan terutama untuk produksi dan operasi, bukan jasa
|
Meragamkan jumlah tenaga kerja dengan merekrut atau
memberhentikan karyawan
|
Menghindari biaya alternative lain
|
Biaya perekrutan, PHK, dan pelatihan mungkin berjumlah
besar.
|
Digunakan di mana jumlah angkatan kerja besar
|
Meragamkan tingkat produksi melalui waktu lembur atau
waktu kosong
|
Menyesuaikan fluktuasi musiman tanpa biaya
perekrutan / pelatihan
|
Upah lembur mahal; karyawan lelah; mungkin tidak dapat
memenuhi permintaan
|
Memungkinkan fleksibilitas dalam rencana agregat
|
Subkontrak
|
Membolehkan adanya fleksibilitas dan memuluskan output
perusahaan
|
Kehilangan pengendalian mutu; mengurangi keuntungan;
kehilangan bisnis di masa datang
|
Diterapkan terutama dalam penentuan produksi
|
Menggunakan karyawan paruh waktu
|
Lebih murah dan lebih fleksibel daripada karyawan penuh
waktu
|
Biaya perputaran karyawan/ pelatihan tinggi; sulit membuat
penjadwalan
|
Baik untuk pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan
di wilayah dengan jumlah tenaga kerja sementara yg bnyak
|
Mempengaruhi permintaan
|
Mencoba untuk menggunakan kapasitas berlebih; diskon
menarik pelanggan baru
|
Ketidakpastian permintaan, sulit untuk menyesuaikan
permintaan pada pasokan ssecara tepat
|
Menciptakan ide-ide pemasaran, sering digunakan overbook (
permintaan melebihi pasokan) dalam beberapa jenis usaha
|
Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi
|
Dapat menghindari lembur, menjaga kapasitas tetap konstan
|
Pelanggan harus mau menunggu, tetapi kehendak baik akan
hilang
|
Banyak perusahaan melakukan tunggakan pesanan
|
Perpaduan produk dan jasa counterseasonal
|
Sumber daya yang dimanfaatkan secara penuh; memungkinkan
tenaga kerja stabil
|
Mungkin membutuhkan keahlian atau peralatan diluar
keahlian perusahaan
|
Sangat berisiko untuk menemukan produk atau jasa dengan
pola permintaan yang berlawanan
|
Metode –
Metode Perencanaan Agregat.
Banyak metode yang telah dikembangkan untuk perencanaan
agregatini tetapi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:
a. Dengan pendekatan Optimasi :
– progamma linier
– aturan HMMS (Linier Decision Rule)
– search Decision Rule, dll
b. Dengan pendekatan Heuristik :
– metode grafik
– metode koefisien manajemen
– metode parametric, dll
Tidak semua metode ini akan dijelaskan pada buku ini Namun pada
prinsipnya semua metode yang ada akan menghasilkan kecepatan produksi pada
periode perencanaan yang dibuat, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta
tingkat persediaan yang terjadi.
1 Metode grafik dan diagram
(graphical and charting techniques)
Metode ini sangat sering dipakai karena mudah dipahami dan
digunakan. Pada dasarnya, rencana ini menggunakan beberapa variable secara
bersamaan agar perencana dapat membandingkan permintaan yang diproyeksikan
dengan kapasitas yang ada.
Pendekatan yang digunakan adalah “ trial and error “ yang tidak
menjamin terciptanya rencana produksi yang optimal, tetapi penghitungan yang
dibutuhkan hanya sedikit dan dapat dilakukan oleh staf yang palingdasar
pekerjaannya (karyawan administrasi).
Tahapan dalam metode ini
adalah:
A. A. Tentukan permintaan pada tiap periode.
B. B. Tentukan berapa kapasitas pada
waktu biasa, waktu lembur, dan tindakan subkontrak untuk tiap periode
C. C. Tentukan biaya tenaga kerja,
biaya rekrutmen dan biaya pemberhentian karyawan serta biaya penahanan
persediaan.
D. D. Pertimbangkan kebijakan
perusahaan yang dapat diterapkan pada para pekerja dan tingkatan persediaan.
E. E. Kembangkan rencana alternative
dan amati biaya totalnya.
2. Pendekatan Matematis Dalam
Perencanaan
Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat telah
banyak dikembangkan diantaranya:
A. A. Metode
Transportasi Dalam Program Linear Jika masalah perencanaan agregat dipandang
sebagai masalah alokasi kapasitas operasi untuk memenuhi permintaan yang
diperkirakan, maka rencana agregat dapat dirumuskan dalam format program
linear.
B. B. Linear Decision Rule
Merupakan model perencanaan agregat yang berupaya untuk mengoptimalkan tingkat
produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja sepanjang periode tertentu.
Contoh
Perhitungan Metode Grafik dan Diagram
1. Gambarkan histogram permintaan
dan tentukan kecepatan produksi (Pt) rata-rata yang diperlukan untuk memenuhi permintaan.
2. Gambarkan grafik permintaan
kumulatif terhadap waktu serta grafik permintaan rata-rata kumulatif terhadap
waktu. Identifikasikan periode
– periode tempat terjadinya kekurangan barang (back order) dan
periode-periode adanya kelebihan barang (inventory).
3. Tentukan strategi yang
akan digunakan untuk menanggulangi kekurangan dan kelebihan barang
tersebut.
4. Hitung ongkos yang
ditimbulkan oleh setiap strategi dan pilih yang memberikan ongkos terkecil.
Contoh berikut ini akan memberikan gambaran metode grafis ini.
Perusahaan ABC telah meramalkan permintaan akan produknya secara
agregat yang dapat diliihat pada Tabel sebagai berikut :
Periode
|
Permintaan
|
Kumulatif
Permintaan
|
1
|
220
|
220
|
2
|
170
|
390
|
3
|
400
|
790
|
4
|
600
|
1.390
|
5
|
380
|
1.770
|
6
|
200
|
1.970
|
7
|
130
|
2.100
|
8
|
300
|
2.400
|
Kecepatan Produksi
Histogram dan kumulatif permintaan di atas menggambarkan
bagaimana permintaan menyimpang dari rata-rata kebutuhan. Dengan menggunakan
strategi murni beberapa alternatif yang dapat dilakukan yaitu :
1. Alternatif
1 : Mengendalikan jumlah tenaga kerja
Alternatif ini melibatkan penambahan dan pengurangan jumlah
tenagakerja sesuai dengan kebutuhan. Laju produksi akan sama dengan permintaan.
Biaya rencana ini yaitu Rp 138.000,-
Periode
|
Permintaan
|
Biaya Penambahan
Tenaga Kerja
|
Biaya
Pengurangan Tenaga Kerja
|
Biaya Total
|
1
|
220
|
-
|
-
|
-
|
2
|
170
|
-
|
500
|
500
|
3
|
400
|
23.000
|
-
|
23.000
|
4
|
600
|
20.000
|
-
|
20.000
|
5
|
380
|
-
|
33.000
|
33.000
|
6
|
200
|
-
|
27.000
|
27.000
|
7
|
130
|
-
|
10.500
|
10.500
|
8
|
300
|
17.000
|
-
|
17.000
|
Total
|
138.000
|
2. Alternatif 2 :
Mengendalikan jumlah persediaan
Jika perusahaan tidak ingin melakukan perubahan jumlah tenaga
kerja,maka strategi yang dapat dilakukan yaitu memproduksi dengan laju rata
rata permintaan dan fluktuasi permintaan dipenuhi menggunakan persediaan.
Rencana ini dihitung pada tabel berikut dan berdasarkan perhitungan di bawah,
kekurangan maksimum sebesar 270 unit terjadi pada periode 5. Karena adanya
ketidakpastian dalam peramalan maka kekurangan ini dipenuhi mulai dari periode
pertama. Biaya rencana total Rp.96.500,-,
Periode
|
Permintaas
|
Kumulatif
Permintaan
|
Kecepatan
Produksi
|
Kumulatif
Produksi
|
Persediaan
|
Penyesuaian
Persediaan (270 unit)
|
Biaya
Persediaan
|
1
|
220
|
220
|
300
|
300
|
80
|
350
|
17.500
|
2
|
170
|
390
|
300
|
600
|
210
|
480
|
24.000
|
3
|
400
|
790
|
300
|
900
|
110
|
380
|
19.000
|
4
|
600
|
1.390
|
300
|
.200
|
-190
|
80
|
4.000
|
5
|
380
|
1.770
|
300
|
1.500
|
-270
|
0
|
0
|
6
|
200
|
1.970
|
300
|
1.800
|
-170
|
100
|
5.000
|
7
|
130
|
2.100
|
300
|
2.100
|
0
|
240
|
13.500
|
8
|
300
|
2.400
|
300
|
2.400
|
0
|
270
|
13.500
|
Total
|
96.500
|
3. Alternatif
3: Subkontrak
Perusahaan menginginkan memproduksi
sejumlah permintaan minimum dan sisa permintaan dipenuhi dengan
subkontrak.Biaya rencana total Rp.108.000,-
Periode
|
Permintaan
|
Kecepatan
Produksi
|
Subkontrak
|
Biaya Total
|
1
|
220
|
130
|
90
|
7.200
|
2
|
170
|
130
|
40
|
3.200
|
3
|
400
|
130
|
270
|
21.600
|
4
|
600
|
130
|
470
|
37.600
|
5
|
380
|
130
|
250
|
20.000
|
6
|
200
|
130
|
70
|
5.600
|
7
|
130
|
130
|
0
|
0
|
8
|
300
|
130
|
170
|
13.600
|
Total
|
108.300
|
4. Alternatif 4 :
Strategi Hibrid
Strategi hibrid dilakukan dengan menggabungkan beberapa strategi
murni dengan kebijaksanaan sebagai berikut :
1. Laju produksi konstan
sebesar 200 unit/3 bulan dan dimungkinkan untuk melakukan lembur sebesar 25 %
jika permintaan melebihi laju produksi.
2. Jika dengan lembur belum terpenuhi,
penambahan-pengurangan tenaga kerja akan dilakukan.
Perhitungan setiap langkah kebijaksanaan diatas dapat dilhat
pada tabel berikut,:
Periode
|
Permintaan
|
Produksi jam
normal
|
Kebutuhan
tambahan setelah jam normal
|
Produksi jam
lembur
|
Kebutuhan jam
normal + jam lembur
|
Biaya persediaan
|
Biaya lembur
|
Biaya perubahan
tenaga kerja
|
Total Biaya
|
1
|
220
|
200
|
20
|
50
|
-30
|
1.500
|
1.000
|
0
|
2.500
|
2
|
170
|
200
|
-30
|
-
|
-30
|
3.000
|
0
|
0
|
3.000
|
3
|
400
|
200
|
200
|
50
|
150
|
0
|
1.000
|
9.000
|
10.000
|
4
|
60
|
200
|
400
|
50
|
350
|
0
|
1.000
|
26.000
|
27.000
|
5
|
380
|
200
|
180
|
50
|
30
|
0
|
1.000
|
33.000
|
34.000
|
6
|
200
|
200
|
0
|
-
|
-
|
0
|
0
|
19.500
|
19.500
|
7
|
130
|
200
|
-70
|
-
|
-70
|
3.500
|
0
|
0
|
3.500
|
8
|
300
|
200
|
100
|
50
|
50
|
1.000
|
1.000
|
0
|
2.000
|
Total
|
101.500
|
Strategi
|
Biaya Total
|
Mengendalikan jumlah tenaga kerja
|
138.000
|
Mengendalikan jumlah persediaan
|
96.500
|
Subkontrak
|
108.300
|
Strategi Hibrid
|
101.500
|
Berdasarkan hasil perhitungan Tabel diatas, biaya rencana total
Rp 101500,-. Jika dilakukan analisa, alternative 2 yaitu mengendalikan jumlah
persediaan ternyata lebih murah dibandingkan melakukan penambahan pengurangan
tenaga kerja, subkontrak, maupun strategi hibrid. Berdasarkan hasil diatas,
beberapa kombinasi strategi murni masih dapat dilakukan. Walaupun metode grafik
tidak memberi solusi optimum, tetapi sangat membantu sebagai pegangan untuk
melakukan operasi harian.
Contoh Perencanaan
Agregat Metode Tabular ( model transportasi )
Metode transportasi digunakan untuk
model program linier. Berikut ini akan dibahas suatu kasus menggunakan model
transportasi dengan data-data :
Permintaan :
Periode
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Permintaan
|
500
|
800
|
1700
|
900
|
Kapasitas :
Pasokan Yang Ada
|
||||
Periode
|
Jam Normal
|
Jam Lembur
|
Subkontrak
|
|
1
|
700
|
250
|
500
|
|
2
|
800
|
250
|
500
|
|
3
|
900
|
250
|
500
|
|
4
|
500
|
250
|
500
|
· Persediaan Awal
: 100 unit
· Persediaan akhir yang
diinginkan
: 150 unit
· Biaya
lembur
:Rp 125/unit
· Biaya Subkontrak
:Rp 150/unit
· Biaya jam
Normal
:Rp 100/unit
· Biaya
Persediaan
:Rp 20/unit/periode
Penyelesaian :
Keterangan :
1. Total Cost : 400(100) + 300
(140) + 800(100) + 250(145) + 900(100) + 250(125) + 500(100) + 350(125)
= 445.750
2. Yang diproduksi adalah :
Periode
|
Rencana Produksi
|
Permintaan
|
1
|
700
|
500
|
2
|
1.050
|
800
|
3
|
1.150
|
1.700
|
4
|
1.250
|
900
|
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق